Selasa, 05 Mei 2009


Nama Baik ... & Emas

Alkisah pada suatu ketika, Angin, Air dan Nama Baik sedang mengadakan perjalanan bersama-sama. Angin biasa datang terburu-buru seperti orang yang sedang marah. Bisa melompat di sini dan menendang debu disana. Air berjalan dalam bentuk seorang putri, ia selalu membawa kendi ditangannya, meneteskan beberapa air di atas tanah sekitarnya. Nama Baik berwujud dalam seorang pemuda yang tampak dengan sikap-sikap yang baik, namun sedikit pamalu...
Mereka saling menyukai, meskitpun mereka sangat berbeda satu sama lain. Ketika mereka harus berpisah, mereka bertanya, “Kapan kita bisa bertemu untuk mengadakan perjalanan yang lain lagi?”

Angin menjawab, “Engkau akan selalu menemukan aku di puncak gunung-gunung atau melopat-lompat di sekitar kakimu. Meniup debu kemana kamu pergi,”

Air berkata, “Aku juga akan selalu ada disekitarmu. Kamu bisa pergi ke laut atau ke sungai, bahkan ke dapur untuk menemuiku.”

Nama Baik tidak mengatakan apa-apa. Angin dan Air bertanya, “Nama Baik, kapan dan dimana kita akan bertemu lagi?”
Nama Baik menjawab, “Kamu tidak akan bertemu aku lagi di manapun. Siapapun yang telah kehilangan aku sekali saja. Takkan pernah bisa mendapatkan aku lagi.


Diam Adalah Emas

Saat anda tak memiliki kata-kata yang perlu dibicarakan, diamlah. Cukup mudah untuk mengetahui kapan watunya berbicara. Namun, mengetahui kapan anda harus diam adalah hal yang jauh berbeda. Salah satu fungsi bibir adalah untuk dikatupkan. Bagaimana anda bisa memperhatikan dan mendengarkan dengan lidah yang berkata-kata. Diamlah demi kejernihan pandangan anda. Orang yang mampu diam di tengah keinginan untuk berbicara mampu menemukan kesadaran dirinya. Sekali anda membuka mulut, anda akan temui betapa banyak kalimat-kalimat meluncur tanpa disadari. Mungkin sebagian kecil kata-kata itu tidak anda kehendaki. Serigkali orang tergelincir oleh kerikil kecil, bukan batu besar. Butiran mutiara indah hanya bisa tercipta bila kerang mutiara mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sekali ia membuka lebar-lebar cangkangnya, maka pasir dan kotoran laut segera memenuhi mulutnya. Inilah ibarat, kekuatan anda untuk diam. Kebijakan seringkali tersimpan rapat dalam diamnya para bijak. Untuk itu, anda perlu berusaha membukanya sekuat tenaga. Bukankah pepatah mengatakan, “diam adalah emas”


1 komentar: